Pengalaman pribadiku
mengenai keempat sesi webinar Homeschooling
Usia Dini ini semakin mendalam saat mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata. Ya, saat Gie menolak untuk pergi ke sekolah tepat pada saat itu pula sebenarnya
kuputuskan untuk Homeschooling saja. Awalnya prinsipnya ya enjoy aja. Jadi, jalani saja proses homeschoolingnya sembari
browsing dan nanya sana sini. Dan awalnya sempat salah
persepsi juga sih karena hasil bertanya sana sini membawaku pada sebuah lembaga
Homeschooling. Namun ternyata Homeschooling yang sebenarnya itu adalah
Homeschooling yang benar-benar sesuai dengan artinya yaitu pendidikan rumah
bukan Homeschooling berupa lembaga.
Dan alhamdulillah, karena Allah sayang pada kami (geer amat :D) Saat
lagi butuh banyak informasi mengenai Homeschooling untuk Anak Usia Dini,
ternyata bertepatan pula waktunya dengan webinar Homeschooling untuk Anak Usia
Dini dari Rumah Inspirasi. Jadi, ibarat gayung bersambut. Pas lagi butuh ilmu
mengenai Homeschooling untuk Anak Usia Dini, ada kesempatan untuk belajar via
Rumah Inspirasi.
Pada webinar pertama,
kami langsung disuguhi materi mengenai Gagasan Dasar Homeschooling Usia Dini.
Dimana pada saat orangtua
memutuskan untuk memilih Homeschooling, bukan
pendidikan formal, maka pada saat itu pula orangtua sudah menyatakan
kesediaannya atau kesanggupannya untuk mengambil tanggung jawab sendiri dalam
pendidikan si anak. Orangtua yang memilih untuk melakukan Homeschooling ini disebut juga praktisi Homeschooling.
Banyak penyebab mengapa
para orangtua akhirnya memutuskan untuk menjadi praktisi Homeschooling. Diantaranya
adalah :
1. Karena menginginkan
bentuk pendidikan yang lebih baik untuk
anak.
2. Karena alasan
keyakinan.
3. Lingkungan sekolah
yang buruk.
4. Alasan lainnya yang
lebih spesifik
Misalnya alasanku
adalah karena Gie mogok, nggak mau sekolah lagi.
Namun, sebenarnya
masalah baru atau tantangan baru muncul juga. Kenapa? Karena sebagai orangtua, aku
sebenarnya nggak pede untuk ngajar Gie di rumah. Aku kan bukan guru PAUD atau TK?
Untunglah didalam webinar
pertama ini, Mas Aar langsung memberitahu bahwa tugas utama seorang anak Homeschooling
Usia Dini itu bukanlah belajar tapi bermain. Bermain tapi ada pelajaran di
dalamnya.
Wah, ternyata orangtua
yang ikutan Homeschooling Usia Dini harus menambah wawasan, pendidikan dan pengetahuannya
agar menjadi pede bahwa mereka mampu menjadi praktisi Homeschooling Usia Dini
di rumah sendiri.
Apalagi tantangan untuk anak Homeschooling
Usia Dini ini tak hanya satu saja. Bukan
hanya sebatas mengembalikan rasa percaya diri orangtua bahwa dia mampu mendidik sendiri anaknya di rumah. Tapi orangtua
juga harus meningkatkan keterampilan pengasuhan atau parentingnya, orangtua
juga harus belajar bagaimana mengelola manajemen keseharian di dalam perjalanan Homeschooling Usia
Dini.
Selain itu juga harus menghadapi berbagai tekanan dari
lingkungan. Dimana tidak mengirim anak
ke sekolah formal merupakan sesuatu hal yang
'aneh' bagi pandangan mata sejumlah orang. Dan orang ini bisa siapa saja. Tetangga,
teman bahkan saudara atau kakek nenek si anak yang selalu bertanya, “Mengapa anakmu
nggak mau sekolah?"
Namun selain pertanyaan
dan keingintahuan orang lain. Tantangan yang paling berat adalah kesibukan
orangtua. Jika kedua orangtua adalah orangtua bekerja, maka orangtua harus bisa
mengatur supaya proses interaksi dengan anak bisa berlangsung secara efektif
dan berkualitas. Termasuk juga orangtua harus berusaha menyelaraskan
nilai-nilai yang ingin ditanamkan di dalam pendididikan Homeschooling Usia Dini
bersama pengasuh si anak.
Karena, kembali seperti
yang dibicarakan di awal bahwa anak Homeschooling Usia Dini itu bermain sambil
belajar tapi bukan belajar pelajaran. Mereka lebih dituntut untuk memiliki
kepribadian, wawasan dan kemandirian. Jadi biarkan semuanya berjalan secara
alami. Jangan tuntut anak usia dini harus bisa calistung(baca-tulis-hitung).
Anak yang tidak siap
akan mengalami masalah jika dipaksa belajar sesuatu yang dia belum siap. Lakukan
stimulasi untuk menapaki kesiapan anak. Misalnya dalam keterampilan sosial. Jika
awalnya dia masih malu-malu untuk berteman, ajari untuk berinteraksi dengan
satu anak dulu. Setelah itu latihlah untuk bisa berinteraksi dengan lebih
banyak anak dan akhirnya anak akan mampu untuk berteman dengan banyak teman
sekaligus.
Namun apapun tantangannya, tetap ada
keuntungannya jika kita memulai Homeschooling
sedari anak masih berusia dini kenapa? Karena:
1. Orangtua terlibat penuh dalam perkembangan anak
2. Terjalinnya ikatan
yang erat antara anak dan orangtua
3. Bimbingan dan
pendidikan sekolah rumah langsung dari orangtua
selama masa golden years (0-6 th) bisa menjadi landasan atau pondasi dasar yang
kuat untuk jangka panjang yaitu saat anak meneruskan pendidikan di usia remaja dan dalam
kehidupannya saat dewasa kelak.
4. Menguji komitmen dan
praktek Homeschooling Usia Dini
5. Meminimalkan risiko Homeschooling
Usia Dini karena TK/PAUD sebagai sekolah formal masih berupakan opsi bukan
keharusan. Jadi, jika nanti anak siap dan menginginkan untuk bersekolah formal, anak
sudah siap.
Dan yang paling utama adalah
keep it simple. Sederhanakan saja. Tujukan
hanya kepada tiga hal besar ini yaitu :
1. Anak sehat
2. Anak bahagia
3. Anak siap menjelajah
dunia
Webinar sesi kedua
membahas tentang Kurikulum dan Materi Belajar Anak Homeschooling Usia Dini. Sudah
tahu kan beda antara Homeschooling dengan sekolah formal? Jika di sekolah, guru
dan pihak sekolah memiliki peran yang sentral, maka dalam Homeschooling, keluargalah
yang menjadi sentral atau pusat dari proses penyelenggaraan pendidikan rumah
tersebut. Dimana :
- Keluarga yang
menentukan visi dan tujuan pendidikan yang ingin diraih.
- Keluarga terlibat di
dalam proses penyelenggaraan pendidikan sehari-hari
- Keluarga juga
yang melakukan tahap evaluasi nantinya
Hal-hal tersebut diatas
merupakan peluang sekaligus tantangan bagi keluarga tersebut di dalam penyelenggaraan Homeschooling Usia Dini.
Saat harus memilih
kurikulum dan panduan belajar, setiap keluarga praktisi Homeschooling Usia Dini
bebas dalam memilih dan menentukan panduan apa serta kurikulum apa yang hendak
mereka pakai. Bahkan mereka juga bisa memadu padankan setiap panduan karena
setiap keluarga adalah unik. Dan kita kembali lagi pada prinsip dasar Homeschooling Usia Dini
yaitu keep it simpel alias sederhana.
Jika keluarga A cocok
dengan sebuah kurikulum, belum tentu keluarga yang lain juga cocok. Maka
sesuaikanlah dengan kebutuhan setiap keluarga. Bahkan tanpa kurikulum juga
boleh. Maka, saat memutuskan untuk memilih sebuah kurikulum atau panduan
tertentu di dalam melakukan pendidikan Homeschooling Usia Dini.
Ada 3 poin
penting yang menjadi bahan pertimbangan yaitu :
- mengenali nilai-nilai
yang dianggap penting oleh keluarga
- mengenali pilihan-pilihan
yang ada
- memilih yang paling
sesuai
Selain mengacu pada
kurikulum, ada acuan lain yang juga digunakan oleh sebagian praktisi Homeschooling
Usia Dini yaitu Unschooling. Model pendidikan unschooling merupakan kontra dari
model kurikulum Homeschooling. Dimana di dalam proses pembelajarannya metode unschooling menggunakan pendekatan children-led learning. Maksudnya adalah
proses belajar yang dilakukan dipicu oleh anak.
Hal ini berdasarkan pada
asumsi bahwa keinginan belajar pada anak itu bersifat alami. Jadi, sejak
dilahirkan hingga si bayi mulai bisa berinteraksi dengan lingkungannya, setiap
anak memiliki naluri untuk selalu ingin tahu dan melakukan eksplorasi terhadap
berbagai hal. Oleh sebab itu tugas orangtua adalah mensupportnya dan mengurangi
intervensi.
Sebenarnya untuk
menentukan pilihan panduan, orangtua bisa
melakukan riset kecil-kecilan atau nanya-nanya
pada sesama praktisi Homeschooling Usia Dini lain. Atau bisa juga dengan membaca buku-buku terkait Homeschooling Usia
Dini sebagai referensi.
Dan sebenarnya ada pilihan lain juga yaitu dengan learning by doing. Jadi saat melakukan perjalanan Homeschooling
Usia Dini, orangtua juga belajar dan menambah wawasan bagaimana meningkatakan
kapasitas diri dan meningkatkan good parenting.
Yang paling penting untuk
diingat oleh para orangtua adalah :
Tujuan Homeschooling
Usia Dini bukanlah untuk mencetak anak yang selalu juara lomba, selalu meraih rangking tertinggi dan hal
lainnya yang bertujuan untuk award atau pameran untuk menonjolkan kehebatan si
anak. Secara sederhana, tujuan di dalam melakukan Homeschooling Usia Dini
adalah untuk :
- Membangun
pola hidup sehat.
Banyak kita temukan
kasus obesitas, serangan jantung, diabetes dan penyakit lainnya di usia muda
atau usia produktif yang disebabkan oleh pola hidup tidak sehat. Penting sekali
untuk menanamkan pola hidup sehat ini
pada anak-anak sejak mereka masih kecil terutama dalam masa golden years 0-6
tahun. Pola hidup sehat seperti: tidak begadang, banyak makan sayur dan buah,
kurangi makan yang manis, sarapan tepat waktu, berolahraga minimal 3 kali
seminggu, salat tepat waktu dan kegiatan lainnya, merupakan sebuah kegiatan atau hal yang perlu
dirancang dengan sadar dan bukan dibiarkan mengalir begitu saja.
- Membangun
kenangan bahagia
Kenangan indah tak akan
terlupa sepanjang hayat dan itu adalah kenyataan yang tak bisa dipungkiri. Nah,
agar anak-anak kita tumbuh menjadi anak
yang penuh semangat, kenangan indah akan bisa menjadi pendorong mereka saat sedang down di
masa dewasa kelak. Atau mungkin bahkan saat para orangtuanya telah tiada
nanti.
Jadi penting banget
bagi para orangtua untuk menghadirkan kenangan-kenangan
bahagia bersama anak-anaknya. Kebahagian
itu tak diukur dari materi semata. Hal-hal
sederhana juga bisa membuat bahagia. Misalnya jalan-jalan bersama ke taman,
bermain bersama, makan bersama di taman alias piknik, berenang bersama dan
sebagainya.
- Membangun
kebiasaan baik
Orangtua mana yang tak
senang melihat anak yang santun, berbudi luhur dan memiliki kebiasaan yang baik?
Apalagi kalau anak itu ternyata anak kita sendiri. Nah, usia 0-6 tahun merupakan
saat yang tepat untuk membangun kebiasaan baik bagi anak.
Misalnya dimulai dengan
hal yang sederhana, seperti mengucapkan salam saat hendak masuk rumah,
menyalami orang yang lebih tua setiap awal
bertemu, membudayakan antri, membuang sampah pada tempatnya, bangun pagi,
dan sebagainya. Setiap keluarga bisa menentukan, kebiasaan baik apa saja yang
perlu dibangun pada anak.
Apapun juga jenis
kebiasaan baik yang akan dibangun pastikan bahwa orangtua juga memberikan keteladanan yang sama dan kebiasaan-kebiasaan
baik ini harus dijalankan secara konsisten.
- Membangun
kemandirian
Inti dari kemandirian
pada anak usia dini adalah, saat anak bisa melakukan sendiri apa yang dibutuhkan.
Mengajarkan kemandirian pada anak tak
bisa dengan serta merta. Selalu ada proses serta konsistensi yang harus
dilewatinya. Orangtua harus selalu melakukan support saat anak berhasil mencapai
tahap demi tahap kemandiriannya walau
meski hal itu mungkin terasa sederhana buat orang dewasa. Misalnya saat anak
bisa mencuci tangan sendiri, saat anak bisa makan sendiri (padahal berantakan
dan nasinya bertebaran), saat anak bisa memberitahu saat ingin buang air besar,
dan sebagainya.
- Membangun
keterampilan sosial
Salah satu bentuk keterampilan
sosial pada anak adalah saat anak mampu membangun komunikasi dengan orang-orang
di sekelilingnya. Terutama dengan orangtua dan saudara-saudaranya serta
orang-orang terdekatnya. Setelah itu barulah mengajarkan anak untuk
berinteraksi dan membangun komunikasi sosial dengan orang lain
- Membangun
keingintahuan dan pengetahuan, membaca, berhitung dan berkomunikasi
merupakan hal-hal penting yang perlu dikembangkan pada anak. Namun bukan
berarti anak harus dipaksa untuk bisa membaca sesuai target atau lancar
dalam berhitung. Bidiklah target jangka panjang. Misalnya mengajari anak
agar cinta buku dan cinta baca serta memupuk keingintahuan anak terhadap
pengetahuan termasuk membangun logika anak.
Sedangkan pada tahap
evaluasi ataupun pada saat proses Homeschooling Usia Dini berjalan, orangtua
bisa menggunakan ceklist atau parameter untuk melihat sejauh mana perkembangan
yang dicapai anak selama proses Homeschooling Usia Dini berjalan.
Webinar ketiga memasuki
pembahasan mengenai Pola Kegiatan Homeschooling Anak Usia Dini. Pada saat anak
baru lahir dan kita masih terpesona menyaksikan bagaimana makhluk mungil ini
bereaksi terhadap dunia, ternyata dia terus bertumbuh. 6 bulan, satu tahun, dua
tahun dan tahun demi tahun bertambah tanpa terasa. Jangan sia-siakan
momen-momen indah ini!
Pada saat bayi, yang
dibutuhkan oleh anak adalah kesehatan, rasa nyaman, perlindungan, pelukan,
ciuman, usapan, kehangatan, cinta, termasuk juga stimulasi yang berpengaruh pada
panca inderanya.
Kemudian saat usianya
mencapai satu tahun, anak mulai berjalan dan berbicara. Kegiatan motorik kasarnya
pun berawal dari sini. Si batita pun dipenuhi oleh rasa ingin tahu yang besar. Oleh
karena itu, orangtua sebaiknya menjaga keamanan lingkungan sekitar batita yang siapa
tahu mungkin bisa membahayakan dirinya. Jangan lupa untuk
menstimulasinya dengan mengajak dia mengobrol dan bercerita.
Pada saat usianya
memasuki tahun kedua, anak akan mulai berkenalan dengan lingkungan di luar
dirinya. Dia mulai ingin tahu dan memahami segala sesuatu dengan keterbatasannya. Anak juga akan
belajar meniru. Pada tahap ini kemungkinan si kecil akan membuat sejumlah kekacauan karena keterbatasan motorik yang dimilikinya. Misalnya
memecahkan barang, terjatuh, membanting pintu dan lain sebagainya. Pada masa-masa
ini yang dibutuhkannya adalah keamanan, kenyamanan dan role model yang baik. Termasuk membangun interaksi yang baik antara
orangtua dan anak.
Interaksi yang dimaksud adalah interaksi informal dimana
hubungan yang terjalin antara anak dan orangtua adalah berbentuk:
- Hubungan emosional
bukan hubungan profesional
- Berbasis penerimaan
bukan otoritas
- Negosiasi bukan
perintah
- Peluang pembelajaran
tanpa batas
Pola kegiatan yang
disusun untuk anak Homeschooling Usia Dini sebaiknya berupa kegiatan Terpola
-Terencana, dimulai dengan membangun
pola aktivitas harian, berkegiatan bersama, dan menyediakan materi siap pakai.
Ada juga kegiatan
alami, dimana kegiatannya dibuat atau dikembangkan dengan memanfaatkan
keseharian anak. Memperkaya kegiatan dengan keterlibatan orangtua dan ikut
serta terlibat di dalam perbincangan, termasuk memanfaatkan keseharian bersama orangtua.
Ide-ide kegiatan bisa
diambil dari berbagai sumber seperti
internet, buku-buku atau majalah-majalah parenting. Atau bisa juga melalui
teman-teman sesama praktisi Homeschooling Usia Dini.
Kunci yang paling penting adalah, sesuaikan dengan kondisi dan
jangan sampai terintimidasi tapi jadilah terinspirasi ^__^
Misalnya untuk kegiatan
dalam ruangan :
- Kita bisa membuat
pola kegiatan berdasarkan keseharian anak, mulai dari saat anak bangun tidur sampai saat Anak tidur lagi
- Membuat prakarya,
percobaan, worksheet bersama
- Membawa anak terlibat
dalam pekerjaan orangtua
- Membacakan cerita
menjelang tidur
Kunci dari suksesnya
kegiatan dalam ruangan adalah :
- Pengamatan orangtua
atas keseharian anak
- Box berisikan materi siap
pakai
- Dengan banyak tertawa
dan bercanda
Melakukan kegiatan luar
ruangan bisa berupa :
- Melakukan jalan
atau bersepeda di pagi atau sore hari
- Melakukan eksplorasi
lingkungan baik di pasar, taman, pabrik dan sebagainya
- Melakukan kegiatan olahraga,
menonton pertunjuka, fieldtrip, dan sebagainya
Kunci suksesnya
kegiatan luar ruangan adalah :
- Dengan memanfaatkan semua
yang ada di sekitar kita
- Kegiatan luar ruangan
juga diperkaya dengan obrolan
- Dengan banyak tertawa
dan bercanda
Tips praktis untuk
orangtua Homeschooling Usia Dini adalah :
- Nikmati perjalanan,
tambahkan kelapangan. Homeschooling Usia Dini ini adalah perjalanan marathon
- Perbanyak interaksi,
lakukan pengamatan keseharian. Gunakan panduan sebagai pelengkap
- Rajinlah bertanya,
bercerita dan mendengarkan
- Cari keseimbangan
antara kegiatan terencana dan alami
- Libatkan anak di dalam
keseharian orangtua
- Bangun pola kegiatan
sehari-hari
- Senyumlah, elus,
peluk,cium, apresiasi anak Anda
Homeschooling Usia Dini
merupakan sebuah perjalanan yang menyenangkan plus menantang. Tantangannya juga
beragam. Bahkan tantangan tersebut juga berasal dari diri sendiri, saat orangtua
bertanya apakah saya mampu? Apakah saya
bisa menjalani Homeschooling Usia Dini ini dengan sukses?
Nah, untuk solusinya jangan lupa kalau Allah tidak akan memberikan cobaan atau
tantangan yang kita tak akan mampu menjalaninya.
Karena Tuhan tahu kita mampu,
kalau nggak kita tidak akan diberi seorang anak untuk dirawat, dijaga dan
dicintai serta dididik dengan baik. So, kita pasti bisa menahan sabar, pasti
bisa meredam emosi, pasti bisa melakukan proses parenting ini dengan baik, jika
kita terus belajar menambah ilmu parenting kita agar menjadi semakin baik lagi. Jadi, percaya diri aja deh. Yakin saja. Keep
it simpel ;)
By
Aira
Kimberly
inspiratif banget mak..TFS ya
ReplyDeleteMOga sukses ngejalanin sukses ya mak. Awalnya juga saya dan suami pengen HS buat anak. Tapi si anak ngeliat anak2 tetangga yang pada skolah jadi tertarik minta sekolah juga. Ya udah kalo saya ngikutin maunya anak ajalah
ReplyDeleteTerimakasih udah mampir mbak Ruziana Ana :)
ReplyDeleteBenar mbak Rahmi Aziza :) kita harus ikut apa maunya anak. Gie udah didaftari masuk PAUD tp di hari ke 3 dia mogok nggak mau sekolah lagi. Makanya dia pindah ke HS. Kalau kakak2nya ada yg HS ada juga yg sekolah formal
ReplyDeleteSetuju..memang dasar pendidikan adalah dalam keluarga, Seseorang yang paling mengerti kebutuhan anak sebenarnya adalah keluarga, ibu paling utama...aaach makasih Mak.
ReplyDeletesama-sama mak Astin. Senang sekali jika artikel ini bermanfaat ^__^
ReplyDelete